Sukabumi (Antara) - Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat menyebutkan saat ini pelaku perdagangan manusia mulai mencari korbannya anak tingkat sekolah dasar.
"Dari pantauan yang kami lakukan ternyata pelaku human trafficking saat ini sudah mengincar anak-anak SD khususnya pelajar perempuan diduga untuk dijadikan pekerja seks komersial," kata Ketua P2TP2A Kabupaten Sukabumi Elis Nurbaeti, Rabu.
Bahkan di Kabupaten Sukabumi juga pernah anak SD yang menjadi korban perdagangan manusia tepatnya di Kecamatan Caringin.
"Ini membuat pihaknya khawatir dan prihatin dengan kondisi seperti ini, karena pelaku dalam menjalankan aksinya sudah terstruktur dan terlatih untuk menipu para calon korbannya," ucapnya.
Dipilihnya anak SD untuk dieksploitasi tersebut karena lebih mudah tertipu dan tubuhnya pun saat ini anak perempuan seumuran kelas VI tubuhnya sudah besar seperti remaja seumuran SMA. Para pelaku perdagangan manusia menyebut anak SD yang menjadi korbannya tersebut yakni "ayam merah".
Selain anak SD pelajar perempuan tingkat SMP pun saat ini sudah ada yang menjadi korbannya, karena dari hasil laporan yang masuk ke P2TP2A korban perdagangan manusia rata-rata berusia 14 sampai 25 tahun dan mayoritas korbannya adalah perempuan di bawah umur.
"Anak yang menjadi korban tidak hanya dieksploitasi menjadi PSK juga dipekerjakan sebagai budak baik menjadi pekerja rumah tangga atau lainnya, seumuran anak SD sudah dipastikan sulit untuk melawan dan yang pasti mudah teriming-iming oleh sesuatu karena sifat warga Sukabumi yang dikenal konsumtif," tambahnya.
Dikatakan Elis, untuk para korban pelaku perdagangan manusia memanggil korbannya tersebut disesuaikan dengan seragam sekolahnya jika anak SD disebut "ayam merah", anak SMP disebut "ayam biru" dan anak SMA yakni "ayam abu-abu" dan untuk mahasiswi yakni "ayam kampus".
Istilah ini digunakan oleh oknum tersebut untuk mempermudah klasifikasi dalam memperdagangkan para korbannya. Maka dari itu, pihaknya terus berusaha agar kasus perdagangan manusia di Kabupaten Sukabumi ditekan melalui berbagai cara.
Bahkan sejak 2010 lalu jumlah korban perdagangan manusia mencapai 121 orang dengan 118 kasus mayoritas korbannya adalah anak di bawah umur dan seluruhnya adalah perempuan.
Selain itu, sosialisasi saja yang dilakukannya tidak cukup tetapi masyarakat harus diberikan pemahaman dari berbagai bidang untuk antisipasi menjadi korban perdagangan manusia tersebut.
"Kami pun menggaet seluruh lembaga dan intansi mulai dari pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat baik dalam dan luar negeri dan beberapa intansi terkait lainnya," kata Elis.
P2TP2A: Anak SD menjadi sasaran perdagangan manusia
Rabu, 11 September 2013 14:36 WIB