Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mendukung upaya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang akan membangun beberapa fasilitas kilang minyak (refinery) dengan total kapasitas hingga 1 juta barel per hari, sehingga memacu pertumbuhan sektor petrokimia.
"Kami sangat mendukung pembangunan refinery ini guna penguatan hulu di sektor petrokimia dalam rangka menuju substitusi impor, serta dapat berdampak positif pada penguatan nilai tambah dan investasi, hingga penyerapan tenaga kerja,” kata Menperin di Jakarta, Kamis.
Menperin optimistis pembangunan kilang minyak ini selain untuk mewujudkan visi pemerintah dalam upaya mempercepat program hilirisasi, juga menjadi 'game changer' dalam mendorong pertumbuhan industri petrokimia di Indonesia.
“Tentu kami akan berkoordinasi dengan Kementerian ESDM dan Kementerian Investasi terkait adanya penambahan refinery ini. Pembangunan refinery tersebut akan disebar di beberapa wilayah Indonesia,” kata dia.
Lebih lanjut, Menperin menjelaskan, pembangunan kilang minyak ini akan mengoptimalkan produksi nafta yang menjadi kebutuhan bahan baku bagi sejumlah sektor industri.
Nafta merupakan salah satu fraksi minyak bumi yang dapat digunakan sebagai bahan baku bensin atau petrokimia. Fraksi ini dihasilkan terutama melalui proses distilasi minyak mentah di Crude Distillation Unit (CDU).
Saat ini, produksi nafta untuk 1 juta ton per tahun memerlukan sekitar 3,03 juta ton minyak mentah jenis light crude per tahun, serta hingga kini Indonesia hanya memiliki enam kilang minyak, dan semuanya merupakan investasi yang sudah berumur sangat lama.
Dari enam kilang minyak tersebut, baru mampu memproduksi nafta sebesar 7,1 juta ton per tahun. Sedangkan kebutuhan nafta nasional saat ini mencapai 9,2 juta ton per tahun, sehingga masih dibutuhkan importasi sebanyak 2,1 juta ton.
Baca juga: Bahlil sebut kilang minyak di Sumatera sebagian didanai Danantara
Baca juga: Kilang Plaju produksi 2,2 miliar liter gasoil sepanjang 2024